Soekarno Coffe Fest: Nyari Teh dan Pisang Goreng di Festival Hari Terakhir

Soekarno Coffe Fest di Blitar telah selesai digelar pada 10 hingga 12 Juni 2022, namun kenangannya masih teringat dan membekas di kepala hingga saat ini. Tentang keramaian, berkumpulnya orang-orang menjadi satu kesatuan dalam kemeriahan Bulan Bung Karno, serta pertemuan dan kegembiraan telah diadakan lagi festival yang telah lama vakum karena pandemi. 

Aku turut merasakan kegembiraan orang-orang saat menyempatkan diri untuk datang di acara terakhir Festival Soekarno Coffe pada hari Minggu kemarin. Orang-orang memenuhi halaman Pemkot Blitar, mendatangi berbagai kedai kopi yang menyajikan menu khasnya masing-masing. 

Baca Juga: Rekomendasi STMJ Paling Enak dan Murah di Blitar

Sebenarnya aku dan mas adalah tipe orang yang mager kalau mendatangi suatu acara festival atau kegiatan yang emang rame banget. Karena kita itu tipe yang sukanya berada di keheningan, dan nggak banyak orang. Tapi karena suatu alasan, akhirnya kita putuskan untuk datang.

Harus Ada Alasan untuk Pergi ke Soekarno Coffe Fest? Alasannya Apa?

Bagiku alasan adalah hal yang terpenting untuk pergi ke tempat yang memang kurang nyaman dan kurang disukai, terutama di tempat rame. Kalau tak ada alasan ini, mungkin aku memang memutuskan tak akan datang ke Soekarno Coffe Fest di bulan Juni tahun ini. 

Alasannya ya sederhana, mengambil hadiah kuis Giveaway di instagram yang diadakan oleh BukuBuka.id dan Honocoroko.Pea. Sebenarnya iseng aja ikutan kuis itu, barangkali kalau menang jadi punya alasan ke Mas untuk datang ke festival hari terakhir. 

Dan ternyata, pagi hari dapat kabar baik kalau aku jadi salah satu pemenang kuis. Ah, bahagia banget, akhirnya bisa datang juga. Tapi, tiba-tiba usai sarapan ada hal yang membuatku bimbang buat memutuskan datang ke festival atau tidak. 

Baca Juga: Cerita Tentang Penulisan Lokal Konten dan Kisah Mistisnya

Setelah sarapan, perut terasa mual-mual ingin muntah, badan lemas tak berdaya. Akhirnya sore harinya setelah minum jahe dan beli es degan, perut sudah agak baikan dan bisa muntah sekaligus diare. Ya semacam muntaber karena keracunan makanan.

Awalnya memang nggak dibolehin berangkat, karena alasan wajahku pucat dan lemas. Tapi, emang dasarnya aku yang sakit selalu nyari slimuran, tetep ngeyel, dong. Eman hadiahnya, dan yang terpenting biar sejenak melupakan rasa sakit. Hehehe. 

Gimana Suasananya? Rame? Bertemu Siapa Aja?

Ya rame bangetlah, kan hari terakhir festival. Setelah sampai di lokasi dan parkir motor, kita sempat disapa sama temen yang kebetulan sudah hafal dengan penampilan kami meskipun pakai masker, basa-basi sebentar lalu lanjut ke kedai kopi BukuBuka yang letaknya di bawah pohon. 

Sampai di stand BukuBuka dan Honocoroko, eh ternyata ownernya hafal kalau aku mau ngambil hadiah. Langsung dah di siapin dan jangan lupa sesi dokumentasi sebentar buat mengabadikan kenangan. 

Selanjutnya, ya karena tujuan di sini mau ngambil hadiah sudah selesai, lalu pesen teh entah lupa namanya yang jelas rasanya itu segelas teh dingin beraroma kopi dan aku pesen yang aromanya jeruk dan coklat. Sebagai pelengkapnya jangan lupa pisang goreng. 

Sebenarnya tempat duduk yang disediakan penuh oleh orang-orang yang berlalu-lalang silih berganti, tapi akhirnya kami dapat tempat yang lumayan Pewe, setelah sebelumnya sempat menyapa dulu sama teman di kedai Senyawa Kopi dan Sanding Omah. 

Baca Juga: Kencan Malam Minggu Bersama Buku di Kafe Grands Coffe

Sambil menikmati teh dingin rasa kopi dan rasa coklat, kami menikmati lagu-lagu yang dinyanyikan oleh para penampilnya. Meskipun aslinya kami lebih asyik menikmati waktu berdua membicarakan apa saja, sambil melihat orang-orang berlalu lalang. 

Menunggu pisang goreng rasanya lama banget, tapi emang kebetulan lagi ramai jadi ya maklum. Sebelum beranjak untuk menanyakan pesanan pisang goreng, eh ternyata ownernya sudah datang sambil meminta maaf karena menunggu lama. 

Ah, aku sih tak masalah karena ternyata pisang gorengnya bener-bener enak. Entah, apa karena lagi suka pisang goreng atau gimana, tapi seperti perpaduan yang cocok dengan segelas teh dingin dengan pisang goreng yang masih mengepulkan uap panas. 

Untuk harganya standart kafe pada umumnya ya, dua gelas teh dingin dengan rasa racikan yang jarang sekali ditemukan di kedai atau kafe di Blitar dibandrol dengan harga 30 ribu, jadi per gelasnya 15 ribu. Untuk pisang goreng yang ditaburi gula merah dan susu kental manis dibandrol dengan harga 8 ribu. Jadi total yang kuhabiskan saat Soekarno Coffe  Fest plus parkir 5 ribu adalah 33 ribu. 

Baca Juga: Ternyata Tanaman Bisa Balas Budi Kepada Kita

Dan sekian saja ceritaku tentang Soekarno Coffe Fest Blitar. Acara yang keren untuk kota kecil yang merindukan keramaian acara sejak pandemi 2 tahun telah membungkam segalanya. Semoga senantiasa ada dan baik-baik saja. ***

Hangudi, 13 Juni 2022.




Post a Comment