Puisi Tentang Kerinduan: Pernah Dimuat di Banjarmasin Post

Beberapa puisi ini pernah dimuat di Banjarmasin Post pada tahun 2014 lalu, saat itu aku masih sibuk membicarakan luka, rindu, airmata dan tentang kisah Pandawa. Sayangnya aku nggak punya arsip poto korannya, lupa nggak pernah tersimpan. Tapi semoga kalian tetap menikmatinya. 


Semacam Filosofi

ini tanah bercakap manja, semacam bau yang melintas megapmegap mencari makna
ini tanah semacam gembira, hujan menyambanginya dengan penuh suka cita
tentulah di sisi berbeda, ini tanah semacam berduka serupa air mata
tersebab Bisma yang mulia telah tiada, mengeram di dada bahwa inilah saatnya berduka
semacam filosofi dendam Dewi Amba yang membisikkan kepedihan
kematian adalah saatnya, kewajiban adalah semestinya
dan Pandhawa menangisi secara perkasa

 Blitar, 2014

*Pernah dimuat di surat kabar “Banjarmasin Post"

 

Lugu Adalah Caraku Merindukanmu 

Pada peron yang memagut bisu, aku menemukan senyummu yang tergeletak pilu.
Aku tahu itu kau yang menjajari lantai dengan setapak penuh ngilu, dan semenjak itu kau  mulai mengabur seketika mengubur candaku yang membatu

Jelang keberangkatan kereta penataran, aku berdiri menengadah pada abjad di langit pagi, ada satu hal yang semestinya diungkapkan namun terhalang oleh takdir sebagai perempuan.
“stasiun ini sebagai saksi, peron ini sebagai rindu sunyi, bahwa masa lalu adalah kenangan dan masa depan adalah pencerahan. Tapi, maaf rinduku padamu masih lugu untuk terus mengenangmu”

Blitar, 2014

*Pernah dimuat di surat kabar “Banjarmasin Post”
 
Ajari aku berpuisi 
 
Ajari aku berpuisi!
sebagaimana Drupadi yang lahir dari api suci
ditemani Srikandi yang mengejar diksi kesana kemari
megapmegap di sisa secangkir kopi yang memuisi
 
Ajari aku berpuisi!
agar aku bisa menjadi santri yang mencintai mati
memulangkan sunyi menjelang pagi
dan dini hari merapal elegi
pada jari jemari yang kehilangan Illahi
 
Ajari aku berpuisi!
serupa rintik hujan yang selalu menanti
pada kemarau yang tak kunjung menyinggahi
layaknya kekasih yang terlupa mencumbui
 
Ajari aku berpuisi!
ketika birahi berhamburan di saban hari
kan kutuliskan pada langit yang memuji
agar sang tuan bermain hati dengan pemilik sunyi
di tengah malam nanti
 
2014
*Pernah dimuat di surat kabar “Banjarmasin Pos”

 

1 Komentar

  1. Luar biasa. Puisi salah satu cara mengekspresikan diri, memberikan nasihat, dan menyampaikan aspirasi

    BalasHapus

Posting Komentar