Buku Grebeg Pancasila: Jejak Pemberani Blitar dari Masa ke Masa dilaunching sekaligus dibedah saat acara Blitar Jadoel pada 19 Juni 2022 di Alun-Alun Kota Blitar. Dan aku menjadi saksi yang datang pada malam itu bersama teman-teman Komunitas Penulis Blitar.
Buku 'Grebeg Pancasila: Jejak Pemberani Blitar dari Masa ke Masa' ditulis oleh Ki Purwanto yang merupakan seniman dan budayawan Blitar, sedangkan pembedahnya adalah Bapak Moch. Taufik dan Bapak Djarot Saiful Hidayat. Acara malam itu digelar oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Blitar yang tiap tahunnya selalu menerbitkan buku tentang lokalitas Kota Blitar.
Perjalanan Menuju Lokasi Bedah Buku
Perjalanan menuju lokasi bedah buku malam itu suatu perjalanan yang melelahkan, karena kita bertiga yang berangkat sejak abis maghrib belum mengetahui tempat yang bakal dijadikan lokasi bedah buku. Alhasil kita muter-muter stan yang sama aja muteri alun-alun.
Yang bikin melelahkan itu karena kita nggak bisa menikmati antar stan akibat pengunjungnya yang ramai banget, sampai jalan pun harus pelan-pelan dan dempet-dempetan. Mana bisa menikmati stan dinas se-kota Blitar, kecamatan, hingga sekolah, kampus dan lain-lain yang sudah didesain se-jadul mungkin. Padahal juga lagi pengen njajan, tapi kalau pengunjungnya sebanyak itu jadi menurunkan minat buat makan.
Baca Juga: Cerita Dibalik Layar Penulisan Lokalitas Kota Blitar
Akhirnya karena capek jalan mulu, kita mampir di stan Radar Blitar. Kebetulan kemarin lihat di feed instagramnya lagi ngadain undian berhadiah buat yang mau foto di stan Radar Blitar, akhirnya yaah kita lama banget di stan itu, bahkan sampai minta tolong yang jaga suruh motoin, dan ngerusuh barang-barangnya. Wkwkwk.
Setelah puas foto-foto, kita lanjutin perjalanan. Meskipun aslinya males banget karena uyel-uyelan dengan banyak orang, tapi karena kita belum nemu lokasi bedah buku, makanya kita nyari stan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Blitar buat tanya lokasinya.
Ternyata setelah berjuang nglewatin banyak pengunjung yang entah kenapa tak perhatiin cuman jalan doang tanpa mampir ke stan apapun, kita nemu lokasi bedah buku yang berada di dekat gerbang masuk. Kata ibu yang jaga stan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, cirinya tenda yang ada janur kuningnya.
Banner selamat datang peserta bedah buku local content terbentang lebar di tenda putih bagian depan. Kita pun langsung masuk, meskipun tetap ramai orang yang wira-wiri tapi tak seramai yang di stan satunya. Registrasi sebentar, lalu dikasih buku, materi, dan lain-lain.
Acaranya Bedah Buku Ngapain Aja?
Acaranya ya membedah buku yang dilaunching, dong. Acara mulai sekitar pukul 8 malam, yang diawali dengan pra acara, seperti menyanyikan lagu Indonesia Raya, acara bedah buku resmi dibuka oleh Walikota Blitar, doa, lalu lanjut acara inti bedah buku.
Kita yang datang perwakilan dari Komunitas Penulis Blitar menikmati acara dan hal-hal yang makin menambah wawasan baru tentang Kota Blitar. Yang paling membahagiakan sih bagiku bisa berkumpul dengan teman-teman se-frekuensi, meskipun ada dua orang yang terpisah tempat duduknya karena kuota duduk per meja hanya untuk 6 orang.
Baca Juga: Jelajahi Soekarno Coffe Fest di Bulan Juni 2022
Malam itu membahas tentang spirit keberanian masyarakat Blitar yang menjadi awal mulanya Grebeg Pancasila, yang semuanya terdapat dalam buku 'Grebeg Pancasila: Jejak Pemberani Blitar dari Masa ke Masa'. Sedangkan sumbernya berasal dari prasasti Kinwu era Mataram, prasasti Padlegan, Prasasti Blitar 1, Arya Blitar, Pemberontakan Peta, Banser Blitar, dan lain-lain.
Selain itu juga menjawab pertanyaan yang selama ini tersimpan di ingatan perihal penetapan Hari Lahir Pancasila yang menjadi libur nasional. Ternyata dalam materi yang dibagikan menjelaskan bahwa Blitar jadi kota yang merintis dan pelopor Pancasila karena umbi bahan dasar ke-Nusantara-an sudah berada di Blitar. Baik karena keberadaan makam Raden Wijaya sebagai pendiri Majapahit, dan Bung Karno sebagai pendiri NKRI.
Dan awal mula penetapan Hari Pancasila jadi hari libur nasional itu ketika 1 Juni 2015, Grebeg Pancasila digelar Seniman Blitar yang dihadiri oleh Presiden RI, Joko Widodo. Akhirnya semenjak itu 1 Juni menjadi hari libur Nasional.
Yang Masih Jadi Pertanyaan
Saat sesi tanya-tanya, kita saling sibuk mencari pertanyaan yang bakal diajukan. Membuka-buka materi, buku yang telah dibagikan, dan saling tunjuk buat siapa yang bakal tanya. Entahlah padahal dari tadi kita makan kacang dan ngopi, tapi saat sesi tanya entah jadi sibuk sendiri. Wkwkwk.
Kalau aku sih yang masih bikin bertanya-tanya ketika Ki Purwanto menjelaskan tentang Candi Blitar, pas melihat di materi, ternyata juga ada tulisan Candi Blitar. Aku baru pertama kali mendengar tentang Candi Blitar, emang ada? ternyata Rosi juga bertanya-tanya tentang hal yang sama.
Baca Juga: Keluhan, Kesan, dan Kritik Pentas Puisi 11 Juni 2022
Kita pun memutuskan ingn bertanya hal itu, meski pada akhirnya tak terjawab karena waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Ya sudahlah, biarlah pertanyaan itu mendekam di kepala saja.
Lanjut setelah acara ditutup, poto bersama dulu bersama pemateri, pembedah, dan juga semua peserta yang berasal dari seniman, budayawan, peserta lomba local content 2022, hingga beberapa siswa SMA dan mahasiswa di Kota Blitar.
Yang Membuat Senang
Hal yang membuatku senang malam itu karena yang pertama memakai baju jadul, entah yang kupakai kategori jadul atau tidak, tapi ketika muter-muter stan, dan keliling alun-alun Kota Blitar, orang-orang tak lagi malu memaki baju jadul meskipun mereka tahu bahwa modelnya tak sekeren dengan trend baju saat ini. Tapi, aku juga turut merasakan rasa bangga itu.
Hal kedua yang membuat bahagia adalah karena bertemu teman-teman muda yang se-frekuensi, dan lagi bertemu orang-orang baru seperti seniman, budayawan, bahkan bisa nostalgia dengan dosen yang malam itu jadi moderator. Terlebih lagi aku selalu menikmati acara budaya seperti malam itu, seperti halnya menikmati kopi dan kacang yang telah sepakat menjadi teman diskusi.
Semoga acara seperti ini akan senantiasa dirawat dengan baik hingga kelak di masa depan, demi menumbuhkan rasa bangga dan kecintaan dengan lokalitas negeri ini. Terimakasih Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Blitar yang selalu menjadi wadah bagi orang-orang yang ingin merawat kebudayaan dan lokalitas. :-)
***
Hangudi, 2022



.jpeg)




Posting Komentar