Berikut alasanku memilih platform blogger dari yang sebelumnya Wordpress. Ada beberapa alasan yang membuatku membutuhkan hampir berbulan-bulan memutuskan karyaku harus menetap dan tinggal di mana agar kenyamanan selalu menjadi tempat pertama yang mempengaruhi keputusanku.
Akhirnya, sekitar bulan Februari 2022 aku telah memantapkan hati, duh kayak memilih suami aja, hehe. Aku pindah platform yang sebelumnya dari WordPress ke Blogspot dengan beberapa pertimbangan yang sudah kumatangkan jauh-jauh hari.
Baca Juga: Jika Ingin Jadi Penulis, Lakukan Kegiatan Ini Saat ramadhan
Ya sebenarnya eman ketika memutuskan harus pindah, seperti halnya ketika kita sudah merasa nyaman di rumah ini, tapi karena suatu hal harus tetap pindah. Di WordPress aku mulai ngeblog sejak tahun 2014.
Di WordPress sebenarnya uda mulai dikenali si gugel, bahkan beberapa artikel bisa nembus di page google walaupun bukan page pertama, tapi bisa nembus aja alhamdulillah. Terlebih, sudah punya trafik dan analisis jelas yang selalu dikabarin WordPress. Ahhh, bingung, kan.
Tapi karena keuangan sedang dihabiskan dari keinginan nongkrong dan ngopi, mungkin memang harus pindah rumah berkarya saja, daripada terus-terusan nulis di blog tapi malah dibikin ragu dan dighosting sama keputusan sendiri.
Apa alasan pindah dari Wordpress ke Blogspot?
Ini beberapa alasan yang membuatku harus pindah rumah karya dari WordPress ke Blogspot, setelah berulangkali nyari wangsit di sana dan di sini, tanya Mbah Gugel, Pakde Yutube, dan entahlah banyak orang yang kutanya. Hehe. Berikut alasanku harus pindah platform Blog secepatnya.
1. Hemat Biaya
Sebelum memutuskan pindah platform, aku memang sudah riset dan bertanya kepada beberapa orang. Mulai nyari referensi tentang kelebihan dan kekurangan WordPress dan Blogspot, searching dari YouTube dan Google.
Akhirnya benar-benar memantapkan diri untuk pindah karena alasan hemat biaya. Menurut pengalaman temanku yang tak sengaja bertemu, di WordPress katanya bisa menghabiskan kurang lebih sekitar satu juta dalam setahun untuk membayar tagihan domain dan hosting. Karena memang kalau WordPress harus punya hosting sendiri, tapi bisa bikin banyak domain.
Ibaratnya kayak kita punya warung sego pecel, nah dia itu sebagai hosting, trus punya cabang di beberapa tempat atau wilayah, itu ibaratnya domain. Jadi kelebihannya satu hosting bisa buat banyak domain. Enak, sih, tapi bikin nyesek duitnya.
Kalau Blogspot menurut pengalaman teman, hanya membutuhkan biaya nggak sampai 200 ribu per tahun, tergantung ia memilih domain apa. Tapi, hostingnya ikut si blogger, jadi kita nggak perlu keluar uang buat beli hosting, cukup dengan domain saja.
Karena aku masih jadi penulis receh, bukan pegawai kantoran yang punya penghasilan tetap tiap bulan, jadi akhirnya aku memilih blogspot, meskipun katanya dari segi keamanan dan desain menarik lebih menang WordPress, tapi aku jauh lebih mempertimbangkan persoalan biaya, karena menyangkut keputusan antara beli beras atau enggak. Wkwk
2. Hanya Karena Teman
Alasan kedua ini mungkin jadi paling logis, karena apalah artinya kita jika tidak punya teman. Wkwkwk. Blogger yang kukenal di Blitar, lebih banyak yang menggunakan platform Blogspot, meski sebenarnya kita bisa saja bertahan di WordPress tapi, ternyata aku tak sekuat itu kalau sendirian.
Alasan hanya karena teman itu agar aku punya tempat bertanya secara langsung, bukan hanya lewat online. Aku pernah mencoba bertahan, namun nyatanya jika sendirian aku percaya tak akan bisa bertahan. Tidak hanya dalam persoalan WordPress dan Blospot, tapi dalam beberapa hal memang aku tak kuat jika sendirian, hehe.
Berbagai platform blog tentu ada kelebihan dan kekurangan, tinggal bagaimana kita menempatkan diri agar bisa menyesuaikan dengan kenyamanan untuk tetap tinggal dan bertahan. Demikianlah alasanku pindah platform blog, semoga bisa bermanfaat untuk bahan pertimbangan. ***
19 April 2022
Wah betul sih mbak. Sy juga masih pkai wordpress merasa sendiri saat gabung dgn blogger lain.
BalasHapusMau bertanya nih mbak. Jdi tulisan²annya yang di wordpress bisa di pindah ke blogger gak?
Bisa kok, mbak. Tapi karena pas ngikutin tutorial YouTube kayak e nggak bisa-bsa, akhirnya saya pindah manual. Heheh
HapusPosting Komentar