Resensi Novel 'Si Konsultan Cinta dan Anjing yang Bahagia'

 MENYIKAPI WABAH CINTA DI KOTA Z



Judul: Si Konsultan Cinta dan Anjing yang Bahagia

Penulis: Bagus Dwi Hananto

Penerbit: Rua Aksara, Yogyakarta

Cetakan: Pertama, Juli 2019

Tebal: 156 halaman

ISBN: 978-623-7258-06-3

Sebagaimana wabah covid 19 yang melanda berbagai negara di dunia, wabah yang meresahkan penduduk juga merebak di Kota Z. Bukan wabah penyakit, tapi wabah cinta menjangkiti banyak penduduk di kota tersebut. Orang-orang dimainkan perkara-perkara cinta  yang rumit, remeh bahkan beberapa orang tak mendapat jatah cinta. Beberapa penyakit cinta yang dialami penduduk diceritakan runtut dan rapi.

Menyikapi wabah cinta yang tak semua orang mendapatkannya, membuat Dokter Bando membuka konsultasi perkara-perkara yang berkaitan dengan cinta untuk penduduk  di Kota Z. Modal Dokter Bando sebagai konsultan cinta hanya pandai merangkai kata-kata dari kegemarannya membaca novel-novel romantis yang membuatnya semakin terkenal.

Tapi dibalik kata-kata dan petuah bijak tentang cinta, ada kebencian yang tersimpan kepada Jal--anjing peliharaan almarhumah istrinya--telah menjelma menjadi aktor remaja tampan yang terkenal di Kota Z. 

Baca Juga: Resensi Buku 'Kita Susah Tidur Sejak Dilahirkan'

Jal yang viral karena menjadi manusia jelmaan anjing, membuat banyak penggemar mencintainya. Berpetualang menjalin hubungan asmara dan mempermainkan  perasaan banyak wanita, tapi dalam hati kecilnya tak pernah melupakan kasih sayang almarhumah istri Dokter Bando. 

Sangking mudahnya mendapat cinta, konsep bernama komitmen tak ada dalam dirinya. Inilah sifat asli anjing yang masih tertinggal dalam dirinya. (Hal 146)

Membaca novel ini seperti mengingat kisah Sangkuriang dan anjing si Tumang, tapi sempat terkecoh dengan nama Dokter Bandowoso yang mirip legenda Tangkuban Perahunya Bandung Bondowoso. 

Sisi menarik novel terdapat pada pengambilan adaptasi cerita rakyat, tapi konflik cerita jadi kurang fokus lebih menekankan perkara-perkara akibat wabah cinta yang menjangkiti penduduk di Kota Z, sehingga mirip kumpulan cerita. Meski penggalian konflik di antara tokoh utama  kurang mendapat porsi lebih banyak, tak mengurangi sisi keunikan dan kepuasan pembaca.

Ada banyak masalah cinta yang telah dikonsultasikan kepada Dokter Bando, seperti gadis jelita yang mencintai gunung, grup lawak yang tak kebagian cinta, pak tua yang dicintai banyak wanita dan masih banyak cerita lainnya. 

Baca Juga: Resensi Buku 'Susu Bikini'

Ketika masalah yang dikonsultasikan tak menemukan titik temu, Dokter Bando memiliki solusi yang ditawarkan yaitu menunggu keadaan berubah. Kelihaian merangkai kata-kata Dokter Bando juga sempat dikritik pak tua karena masalahnya tak bisa selesai, dan hanya disuruh menunggu keadaan berubah. 

Seandainya semua itu segampang yang diucapkan, dunia pasti berjalan dengan sempurna. Tapi, kata-kata kadang tak bisa diserahi tanggung jawab sebesar itu terkait masalah cinta. (Hal 42) 

Masalah yang terkait dengan wabah cinta begitu beragam, berbagai cerita cinta dituliskan dengan rapi disertai petuah-petuah bijak Dokter Bando dalam menyelesaikan masalah cinta yang menjangkit penduduk. Mengajak pembaca menikmati konflik setiap cerita dengan sederhana tapi bermakna.

***


Post a Comment