Tak ada rasa was-was atau cemas, yang ada hanyalah perpaduan rasa senang, kosong dan entah, hanya bisa menguatkan lahir batin untuk bersiap bertemu anggota keluarga baru.
Inilah cerita singkat bagaimana rasanya menjadi orang tua baru di malam tahun baru. Cerita ini hanya sebagai kenangan agar kelak bisa dibaca berulangkali saat merindukan masa-masa berdebar menunggu kehadiran anak pertama di usia dua tahun pernikahan.
Cerita menjelang kehadirannya yang membuatku sebagai orang tua baru tak bisa mengungkapkan dengan segala jenis kebahagiaan apapun. Cerita yang ingin kuabadikan dengan tulisan sederhana bahwa kehadirannya begitu bermakna untuk kami yang sedang dan selalu belajar tentang apapun, termasuk belajar memaknai setiap tumbuh kembangnya nanti.
GELOMBANG CINTA DATANG MENJELANG SUBUH
“Apa yang dipikirkan saat tanggal 31 Desember 2022? Hari menjelang melahirkan,”
“Nggak ada, pikiran saat itu hanya dipenuhi rasa bahagia karena akan dipertemukan dengan anak pertama. Terlebih lagi, hanya menguatkan lahir dan batin agar siap menghadapi kontraksi selanjutnya,”
Ya, gelombang cinta yang ditunggu selama hampir satu minggu akhirnya datang menjelang subuh terakhir di tahun 2022. Yang kurasakan saat itu bahagia, sekaligus senang, karena memang HPL sudah mundur satu minggu, seolah buah kesabaran itu telah tiba.
Gelombang cinta itu ditandai dengan tetes darah seperti halnya perempuan yang kedatangan tamu setiap bulannya. Saat itu aku baru saja memasrahkan diri entah bagaimana Allah merencanakan takdir untuk bertemu si bayi. Dini hari yang lepas, pasrah, dengan rencana-rencana esok hari yang sengaja kubuat untuk menikmati hari seperti biasanya, misal senam ibu hamil, membuat konten, dan lain-lain.
Tapi, kenyataannya ketika kita telah memasrahkan semuanya, jawaban hadir secara tak terduga. Ya, selepas dini hari pasrah kepada pemilikNya, tepat menjelang subuh saat bersiap mengambil wudhu jawaban kepasrahan itu telah tiba. Rasanya ingin menangis terharu, begitu sederhana kuasa-Nya.
KETIKA DITOLAK DI KLINIK YANG DIRENCANAKAN, KESABARAN HARUS TERUS DIKUATKAN
Bagaimana rasanya kontraksi itu? Rasanya bukaan masih di tahap awal?
Rasanya seperti halnya orang yang delepen alias mau menstruasi, tapi intensitasnya belum terlalu sakit. Banyak minum air putih jadi solusi agar tidak dehidrasi. Dan aku tipe orang yang kuat nahan sakit, jadi pagi hari yang meskipun sudah slemet-slemet rasa sakitnya, tapi masih bisa ketawa ketiwi sambil senam ibu hamil.
Pagi harinya pun bersiap untuk ke rumah mertua dulu sebelum periksa dan menunggu kontraksi selanjutnya. Pagi yang masih bahagia, masih bisa senyum dan ketawa sambil jalan-jalan plus senam ibu hamil. Pagi yang tak sabar menanti anggota baru meski perut beberapa menit sekali mendadak slemet-slemet.
Akhirnya jam 8 pagi sudah sampai di rumah mertua, di sana ya mencoba untuk baik saja meskipun level rasa sakitnya sudah sedikit meningkat. Tapi Alhamdulillah masih bisa tidur lap-lapan dan makan roti sedikit.
Intermezzo: Oh ya, dulu pas hamil ngidamnya pas mau melahirkan itu pengen makan ROTI O, tapi ndilalah kok ya nggak kesampaian. Wkwkwk, belinya malah pas 3 hari setelah melahirkan. Ya gimana mau beli, wong ditinggal mas suami aja udah rasanya nggak kuat jauh-jauh. Wkwkwk.
Karena takut gimana-mana, akhirnya jam 11 an kita lanjut cuss ke klinik persalinan yang udah direncanakan. Naik motor masih kuat kok, walaupun harus pelan banget. Dan sampai sana, diperiksa cas cis cus ternyata udah bukaan 3 aja. Wuuu cepet amat ya.
Pengennya lanjut ngamar aja, sambil nunggu bukaan 10 tapi sama pihak klinik suruh USG lagi karena udah lebih dari HPL. Ya allah pas itu rasanya pengen marah, sedih, entah campur baur. tapi ya mana mungkin, rasanya udah sakit banget.
Dan akhirnya pulang ke rumah mertua lagi sekitar setengah 1 dengan kondisi yang udah sulit jalan tapi harus bisa. Untung jaraknya lumayan deket, tapi rasa sakitnya udah bertambah levelnya nih.
Kesabaran memang harus dan kudu dikuatkan. Di sinilah peran mas suami jadi penting banget. Sampai di rumah aku udah nggak bisa diajak bicara apapun, makan aja disuapin walaupun dikit-dikit dengan disambi rasa sakit. Ya, kita menunggu jadwal USG di rumah sakit karena dirujuk ke RS yang praktek dokter kandugan sekitar pukul 4 sore.
Kenapa peran mas suami begitu penting di sini, karena yang paling kuinget ketika mulai kontraksi datang, aku langsung megang tangannya, lalu tarik napas sambil bersiap menghadapi rasa sakit, selanjutnya jangan lupa bismillah dan banyakin baca sholawat. Setelah rasa sakitnya hilang sejenak, tangan mas e kulepas lagi dan nenangin sejenak.
NIATNYA USG, LANJUT UGD
Niat awalnya emang datang ke RSU Aminah untuk USG karena dapat rujukan dari klinik Siti Khodijah. Jadwal USG di akhir pekan saat itu tinggal sore hari jam 4. Untung sebelumnya aku sudah punya riwayat USG pertama kali di Dokter Jamil, jadi proses daftarnya pun nggak berlangsung lama.
Oh ya, dari rumah Jalan Tidar ke RSU Aminah saat itu aku dibonceng mas suami. Entahlah padahal rasa sakit udah pol banget, tapi dari akunya emang nekat pengen naik motor aja karena kalau mobil alias nge-grab pasti lebih lama.
Sampai di lokasi, si mas suami ngurus berkas BPJS dari awal sampai akhir. Dan sampailah pukul 4 sore, tapi aku masuk urutan nomer 2 sekitar jam setengah 5. Rasa sakitnya jangan ditanya, sudah pol banget, rasanya si bayi udah pengen keluar aja. Mana si perawatnya yang jaga di praktiknya terburu-buru banget, jalan aja udah susahlah.
Akhirnya setelah drama USG, dicek buka ini itu sampailah pada keputusan paling akhir dari Dokter Jamil, “bukaan hampir lengkap, langsung ngamar!”
Nggak nyangka banget, ternyata niatnya yang pengen USG doang akhirnya berakhir di UGD. Padahal saat itu karena niatnya Cuma USG jadinya barang dan peralatan bayi ditinggal di rumah mertua.
Setelah itu aku langsung di eksekusi di UGD, jaraknya yang sebenarnya nggak jauh, tapi karena emang beneran nggak kuat, uda bukaan hampir lengkap sih, jadinya perawat langsung bawain kasur dorong, entah apa namanya.
Aku pasrah saja mau diapain. Cuman diem, atur napas, ngelola rasa sakit sambil wiridan apapun biar rasa sakitnya tak terlalu terasa. Setelah ditensi, diperiksa udah bukaan berapa, dan ditanya ini itu di ruang UGD, aku langsung dibawa ke ruang radiologi selanjutnya di-swab. Perawatnya sat set sat set karena bukaan emang udah hampir lengkap takutnya si bayi udah pengen keluar aja.
Selama di UGD hingga proses ini itu, suami masih sibuk di ruang pendaftaran. Dan akhirnya kita bertemu di ruang untuk infus sebelum menuju ruang bersalin, meskipun Cuma sebentar setidaknya kehadirannya telah menguatkanku dari rasa sakit.
Tepat sekitar setengah 6 sore, aku dibawa di ruang bersalin. Kukira bakal ada drama menegangkan seperti halnya di konten atau di layar televisi, ternyata di ruang ini selow banget, hanya menunggu kontraksi dan caraku untuk berusaha mengeluarkan si dedek.
Cerita yang paling berkesan di ruang ini ketika para bidan sibuk memberi intruksi ini dan itu, sedangkan aku cuma kebingungan karena masih mikir, akibatnya pas kontraksi datang aku masih mikir langkah selanjutnya apa, dan harus gimana. Kalau teringat pas kejadian ini rasanya duh pengen ketawa. Wkwkwk.
Si mas yang berada di ruang sebelah akhirnya dipanggil buat nemenin, mas tahu kalau sebenarnya aku bingung dengan instruksi bidan yang harus natap perut, harus gini gitu, posisi dimarahin pun aku cuma diem aja, ya karena bingung apa yang harus dilakukan selanjutnya. Wkwkwk. Akhirnya si mas menerjemahkan instruksi bidan dengan bahasa yang kupahami, dan Alhamdulillah paham tapi ya penuh drama yang nggak bisa dilupain.
Dan yang paling menegangkan itu sebelum bayi lahir, rasanya beneran udah nggak kuat, karena kepala si bayi udah keluar setengah jadi jalan lahirnya terasa panas. Akhirnya dengan segala kekuatan, sisa kontraksi, dan aku yang masih mikirin instruksi, proses lahirnya pun kayak sat-set. Ada yang dorong dari atas, ada yang nerima si bayi, dan mas yang cukup menutup mulutku biar energi nggak kebuang percuma. Kalau aku? Ya itu, masih mikirin instruksi aja. Wkwkwk.
MALAM TAHUN BARU, MALAM PERTAMA JADI ORANG TUA BARU
Malam tahun baru 2023 jadi kesan tak terlupakan. Sebagai penutup tahun 2022, ada anggota baru yang siap menjadi sosok paling dinantikan di dua tahun pernikahan ini.
Malam tahun baru, malam pertama jadi orang tua baru jadi cerita yang tak terlupakan. Jadi kenangan yang nantinya bakal terus dieritakan berulang-ulang kepadanya bahwa kehadirannya memiliki makna mendalam. Kedatangannya membuat kami belajar banyak hal dalam menjalani peran baru sebagai orang tua.
Sekitar jam 7 lebih, semuanya sudah selesai dibersihkan termasuk aku yang sudah diganti bajunya. Sedangkan si bayi dipindahkan sementara di ruang bayi. TInggal menunggu aku yang bisa berjalan, baru pindah di kamar inap. Alhamdulillah sekitar jam 8 malam aku udah bisa jalan-jalan di area ruang bersalin, meskipun rasanya masih nyut-nyutan karena luka jahitan.
Cerita yang paling berkesan itu ketika di ruang rawat inap kami cuma berdua saja tanpa ditemani orang tua atau kerabat. Jadi saat si bayi datang pas tengah malam dari ruang bayi untuk dikasih minum, kami cuma saling pandang, lalu serempak bilang, “gimana caranya?” dan tawa pun jadi obat lelah sementara hari itu.
Akhirnya si mas inisiatif manggil perawat buat nunjukin caranya gendong, dan nyusuin si bayi. Ya maklum masih orang tua baru, dan lagi nggak ada kerabat yang nemenin, jadi rasanya kayak sesuatu yang wah gitu, takut salah gendong karena si bayi masih mungil, dan kesannya kayak mandiri banget ya kita, cuman berdua aja dari awal sampai akhir. Hehe.
SEMUA SERBA PERTAMA KALI, SERBA DILANCARKAN SAMPAI PULANGNYA ESOK HARI
Dulu aku pernah bilang sama si mas, aku kok belum pernah diinfus, ya. Gimana sih rasanya jadi pasien di rumah sakit, dan ternyata keinginan yang nyeleneh itu datang di akhir tahun 2022.
Ya, semua serba pertama kali dalam hidupku. Mulai dari merasakan infus, swab, radiologi, bahkan jadi pasien di rumah sakit jadi pengalaman pertama kali seumur hidup dan semoga yang terakhir aja.
Kalau diinget pernah punya keinginan kayak gitu, rasanya pengen ketawa. Aneh-aneh saja, tapi untungnya pengalaman di rumah sakit itu singkat, padat jadi sore masuk ugd, besok paginya sekitar pukul 10 pagi udah diperbolehkan pulang. Ah, setidaknya pernah merasakan.
Dan Alhamdulillah semuanya serba dilancarkan, mulai dari USG, UGD, hingga ruang bersalin rasanya cepet banget. Seolah-olah ini beneran lahiran atau cuma main-main, sih. Wkwkwk.
Begitulah cerita lahiranku yang singkat padat dan nggak jelas, intinya lahiran anak pertama ini jadi sesuatu yang sangat berkesan dalam kehidupanku, kehidupan kami sebagai orang tua baru. Semoga ke depannya keluarga kecil ini senantiasa bahagia entah apapun yang terjadi di hari-hari kedepannya. Dan selalu menikmati peran baru jadi orang tua.
Blitar, 23 Januari 2023



So proud dekkk Nisaaa... Alhamdulillah 😍🥰🥰 Masya Allah barakallahu selamat dek.. turut bahagia dan deg2an baca tulisan sampeyan. Semoga kami pejuang buah hati segera menyusul. Aamiin
BalasHapusPosting Komentar