Berkiprah Tanpa Harus Keluar Rumah, Bersama IIDN Berdayakan Perempuan dan Harapan di Masa Depan

    Saat ini posisi perempuan dalam berbagai sisi kehidupan, baik dari sudut pandang agama, budaya ataupun di lingkungan masyarakat masih menjadi hal yang sering dibicarakan. Bukan tentang seberapa prestasi dan suksesnya dalam berkarir atau meraih impiannya, tapi masih seputar dengan urusan rumah tangga. Itulah yang masih sering saya dengar hingga saat ini dalam bisik-bisik tetangga hingga rekan di dunia kerja. 

     Padahal sebenarnya saya sebagai perempuan terkadang juga ingin setara dalam berbagai lingkup kehidupan, termasuk dunia kerja. Setara dalam hal ini bukan menyamai posisi laki-laki dalam mencari nafkah, tapi sebagai mitra atau rekan yang saling bekerja sama dalam berbagai kehidupan. Seperti halnya dalam urusan rumah tangga yang seharusnya mulai disadari bahwa tentang rumah, anak, dan lain-lain adalah tanggung jawab bersama.

    “Kita itu nggak pengen mengungguli, nggak pengen meng-atasi, nggak pengen juga di bawah. Jadi, podo, setara. Mitra bukan bawahan bukan pula atasan,” ucap Bu Endah Siswati yang bergiat sebagai aktivis perempuan di Kota Blitar. Saat itu kami berbincang mengenai permasalahan perempuan yang bisa berdaya dan berkarya tanpa harus ke luar rumah. 

      Setara mungkin memiliki arti yang berbeda-beda dalam penafsiran masyarakat, tetapi sebenarnya setara yang dimaksudkan di sini adalah dalam hal menjalani kehidupan sebagai manusia. Perempuan dan laki-laki tentu memiliki kodrat yang berbeda, dari kodrat tersebut ada beberapa pandangan yang sedikit salah tafsir mengenai kodrat hingga menjadi penyebab melemahkan satu pihak, yaitu perempuan. 

    Kodrat merupakan sesuatu bawaan dari lahir yang berasal dari Tuhan dan tidak akan mampu ditentang oleh manusia, seperti halnya kodrat laki-laki memiliki alat reproduksi laki-laki, kodrat perempuan adalah memiliki alat reproduksi perempuan. Jadi, kodrat di sini bukan mengarah yang mengurus segala keperluan rumah tangga yang seringkali dibebankan kepada perempuan, padahal sebenarnya bisa saja berbagi peran. 

    Lalu bagaimana dengan posisi perempuan dan laki-laki dalam kehidupan berumah tangga? Ada berbagai penafsiran yang masih diyakini masyarakat dalam memahami peran  perempuan untuk kehidupan setelah menikah, yaitu lebih menekankan sosok ibu rumah tangga yang bisa melakukan apa saja dalam sekali waktu. Misal bisa menyapu, sekaligus mencuci baju, memasak, menggendong anak, dan lain-lain. Padahal hal itu lebih memberikan beban ganda kepada perempuan, terlebih lagi jika ia juga bekerja. 

    Namun, seiring berjalannya waktu dan teknologi yang semakin canggih saat ini, beberapa pasangan muda milenial yang sama-sama bekerja, memahami arti dari berbagi peran dalam mengurus rumah tangga. Perempuan memiliki porsi yang setara di rumah karena telah terjadi kesepakatan bersama sebelumnya. Lalu bagaimana nasib perempuan yang memilih untuk di rumah dan fokus dengan keluarga? 

Perempuan Juga Harus Produktif, Bermanfaat Bagi Keluarga dan Sesama

    Perempuan berhak memilih dalam pembagian peran mengurus rumah tangga, karena kedua belah pihak harus sepakat dengan keputusan yang dibuat bersama. Membuat rumah yang nyaman untuk dijadikan tempat tinggal sudah menjadi kewajiban bersama bukan hanya dibebankan kepada perempuan saja.  Misalnya kesepakatan bersama itu suami mencuci baju, istri mendapat bagian memasak dan menyapu. Dan jika keduanya sudah saling sepakat dan sama-sama setuju, berati perempuan bisa meluangkan waktunya untuk produktif tanpa harus keluar rumah. 

    “Poin utama kalau dari saya adalah laki-laki dan perempuan itu sama-sama produktif artinya sama-sama bisa menghasilkan,” kata Bu Endah Siswati melanjutkan pembicaraan tentang peran perempuan dan laki-laki yang sama-sama memiliki peran produktif. 

    Produktif di sini bisa diartikan sebagai melakukan sesuatu yang bisa bermanfaat bahkan bisa menghasilkan uang. Perempuan memiliki hak untuk tetap produktif menghasilkan sebuah karya, karena baik perempuan dan laki-laki seharusnya memiliki hak produktif yang setara. 

    Jika perempuan bisa produktif serta kreatif dalam melakukan sesuatu, maka akan terciptanya kondisi mandiri secara ekonomi sehingga memberikan nilai plus keluarga tersebut semakin harmonis. Karena jika perempuan tak memiliki kemandirian secara ekonomi, dalam hal ini menghasilkan tentu ada dampak yang bisa timbul, seperti halnya kesenjangan kekuasaan, atau dalam memutuskan sesuatu di keluarga tidak terlalu didengar. 

    “Bukan persoalan di rumah atau tidak di rumah, gitu, ya. Tapi persoalan peran secara produktif atau tidak. Di rumah pun bisa juga menghasilkan. Yang penting itu mandiri secara ekonomi,” tambah Bu Endah yang menekankan berulangkali bahwa produktifnya seseorang terutama perempuan tidak harus di luar rumah, tetapi bisa juga dari rumah seorang perempuan bisa produktif dan menghasilkan dalam rangka terwujudnya mandiri secara ekonomi. 

Mandiri Secara Ekonomi, Tujuan Utama Bisa Berkiprah Tanpa Harus Keluar Rumah

   Mandiri secara ekonomi adalah kondisi di mana perempuan turut serta dalam menciptakan finansial yang mencukupi di sebuah rumah tangga. Jika perempuan tak memiliki kemandirian dalam ekonomi, dalam artian masih bergantung dengan pemberian suami, maka dampaknya juga akan berlaku di kehidupan keluarga tersebut. 

       Di tengah perkembangan teknologi saat ini, perempuan yang ingin menerapkan mandiri secara ekonomi sebenarnya sudah memiliki peluang yang lebih besar karena bisa ditemukan di dalam rumah. Perempuan bisa mendapatkan kebahagiaan untuk tetap produktif dan kreatif sekaligus bisa menghasilkan uang tanpa harus keluar dari rumah. Dan yang menjadi poin utamanya adalah bagaimana perempuan tidak lagi bergantung kepada laki-laki dalam hal ekonomi, tapi ia bisa mencari sendiri dengan berkarya dan berdaya. 

    “Terserah pada perempuannya, kamu bahagia di mana? Saya tidak mengharuskan perempuan harus bekerja. Enggak. Tapi, kalau mandiri secara ekonomi, iya. Tapi kalau harus keluar dari rumah sih enggak, mandiri secara ekonomi nggak harus keluar dari rumah,” ujar Bu Endah Siswati menambahkan bahwa mandiri secara ekonomi itu suatu keharusan yang harus dijadikan prinsip hidup seorang perempuan ketika sudah berumah tangga. 

Literasi Digital, Sarana Berkarya Wujudkan Kemandirian

       Pandemi covid-19 selama hampir kurang lebih dua tahun, membuat pemerintah gencar memberikan edukasi mengenai literasi digital. Dampak dari pandemi, baik sektor pendidikan, pekerjaan, perdagangan dan lain-lain dikerjakan secara online di rumah, jadi sudah menjadi keharusan bahwa seluruh anggota keluarga harus melek teknologi untuk memudahkan melakukan sesuatu, termasuk perempuan atau seorang ibu. 

    Sarana literasi digital yang berkembang saat ini bisa menjadi alternatif agar perempuan lebih berpikir terbuka mengenai teknologi, dan menjadikan peluang untuk bisa produktif dalam berkarya mewujudkan kemandirian di tengah kehidupan berumah tangga. Dan para perempuan terutama ibu-ibu tak lagi menutup mata dengan era teknologi, karena jika memanfaatkan peluang tersebut, penghasilan dan kemandirian yang akan datang menawarkan diri, bahkan bisa juga memberikan manfaat terhadap orang lain. 

    “Ini alternatif atau terobosan gitu, loh, ya. Ini memberikan kesempatan untuk perempuan bisa berkiprah tanpa harus keluar dari rumah … karena dengan update-nya tekonologi informasi sekarang dengan segala macam digital saat ini memberikan kesempatan yang bagus banget buat perempuan mandiri secara ekonomi, tanpa harus keluar dari rumah,” 

       Bu Endah Siswati menambahkan bahwa dengan segala perkembangan zaman teknologi, sudah saatnya perempuan untuk beraksi untuk mandiri secara ekonomi tanpa harus meninggalkan rumah dan lalai mengurus keluarga. 

IIDN Berikan Kesempatan untuk Perempuan Berdaya dan Berkarya

    Peluang di era literasi digital saat ini salah satunya berasal dari IIDN yang memberikan kesempatan para perempuan tetap berkarya dan berdaya melalui tulisan, baik cerpen, puisi, ataupun genre non fiksi seperti artikel dan jadi blogger. Serta berbagai pilihan kelas untuk meningkatkan skill perempuan tanpa diharuskan keluar rumah. 

        IIDN merupakan sebuah komunitas penulis yang didominasi oleh ibu-ibu karena dari anonimnya yakni Ibu-Ibu Doyan Nulis. Dengan terbentuknya IIDN sejak 12 tahun lalu, perempuan terutama ibu-ibu yang memilih rumah sebagai pilihan untuk tetap produktif, sekaligus bisa berperan sebagai ibu rumah tangga yang tetap memantau seluruh aktivitas keluarga. Maka, IIDN seolah memberikan kesempatan yang besar untuk bisa mandiri secara ekonomi. Tetap bisa berkiprah dan berdaya tanpa harus keluar rumah. 

      “Jadi menurut saya, teknologi sekarang saat ini menguntungkan perempuan yang masih dalam dilema; apakah dia harus keluar rumah atau tidak, apakah dia menyalahi aturan budaya atau tidak … dia punya yang bisa dikembangkan di rumah,” 

     Dengan adanya literasi digital yang membuka banyak peluang pekerjaan tanpa harus keluar rumah, memberikan dampak positif agar perempuan semakin membuka diri untuk lebih produktif dan berkarya mewujudkan impian. 

Perempuan, IIDN, dan Kreatif dalam Menggapai Asa

    Setiap manusia tentu memiliki harapan dan impian dalam kehidupannya, terlebih lagi para perempuan atau ibu-ibu. Ketika dulunya bekerja dan produktif dalam bidang pekerjaan yang ditekuninya, namun harus dihadapkan dengan dilema sebelum memutuskan mengundurkan diri untuk memilih fokus mengurus keluarga. 

    Dan saya menjadi bagian dari dilema tersebut ketika memutuskan berhenti bekerja karena ingin fokus dengan rumah tangga dan keluarga. Bingung? Tentu saja, pekerjaan yang kudapatkan beberapa bulan lalu termasuk salah satu impian sejak sekolah, yaitu menjadi editor. Tapi, karena alasan kesehatan, saya memilih mengundurkan diri  dan meyakini bahwa di setiap niat baik untuk memilih sesuatu, tentu sudah disiapkan harapan dan jalan rezeki yang sedang menanti di ujung akhirnya. 

    Lalu beberapa hari ini, saya menemukan postingan IIDN sering terlihat di feed Instagram, meskipun sebenarnya saya sudah lama mengikutinya sejak beberapa bulan lalu tapi kurang aktif karena masih disibukkan dengan pekerjaan lain. Tapi, dari tulisan di blog ini, saya selaku anggota baru yang ingin mengenal lebih dekat dengan IIDN memiliki harapan besar sama seperti anggota lama yang sudah menorehkan kesuksesannya berkat bergabung di IIDN. 

     Saya kembali yakin bahwa jalan rezeki pasti akan terbuka, dan berharap bisa mengenal lebih dekat dengan anggota sesama blogger di IIDN, ikut serta menjadi bagian kegiatan yang sering diadakan, serta tentunya dapat menerapkan ilmu yang bermanfaat dari para mentor professional. 

Semoga di usia 12 tahun ini, IIDN akan senantiasa setia menjadi ruang bagi perempuan dan ibu-ibu untuk berkarya. Terutama untukku yang akan menjadi calon ibu. Terimakasih telah memberikan harapan bagi perempuan untuk berdaya, berkarya, dan kreatif dalam mencapai asa. ***

Hangudi, 2022

Post a Comment