Begini Cara Bahagiaku: Berdamai dengan Diri Sendiri, Mengakrabi Kesenangan Hari-hari


Begini caraku membahagiakan diri sendiri yakni bertemu dan berkumpul dengan teman-teman yang se-frekuensi. 

Malam itu jadi pertemuan terakhir sebelum puasa ramadhan. Kami memang sepakat untuk bertemu satu bulan sekali, dengan segala konsekuensi bahwa apa yang sudah disepakati harus selesai. 

Apa yang Membuatmu Bahagia?

Entahlah, aku merasa ketika melihat antusias dan riang wajah mereka saat saling bertemu, seperti ada harapan untuk tetap bisa mengajak mereka saling berkarya. 

Sebenarnya, aku hanya berpikir bahwa aku hanya butuh teman diskusi, teman berkarya, dan entah mungkin teman nongki atau teman berdamai dengan diri sendiri. 

Aku mungkin orang paling egois jika mengatakan, kalau dalam berkarya mungkin aku masih bisa sendiri. Tapi dalam kehidupan, aku butuh orang-orang yang bersedia menyisihkan waktu berbagi tawa, cerita, dan isi hati. 

Pertama kali aku mengajak mereka bertemu, mungkin bulan lalu. Ada aura kesedihan dan beban berat yang masih menggelayut di pundak mereka, seolah tak ada harapan lagi untuk melanjutkan berkarya. 

Tapi, ketika hari di bulan Maret kami sepakat bertemu. Ah, rasanya seperti mungkin masih ada harapan untuk tetap hidup baik-baik saja dengan berkarya. 

Andai orang-orang lain tahu, bahwa yang dibutuhkan dalam setiap pertemuan bukanlah hal yang bersifat materi, dan entah apapun yang sifatnya ingin dikenal dan dipuji. Tapi sebenarnya yang mereka dibutuhkan adalah keakraban untuk bersedia menyisihkan hari, lalu saling menguatkan untuk berdamai dengan diri sendiri. 

Apa saja yang dibicarakan?

Ah, banyak tentu saja. Dari hal random, sampai hal yang mungkin serius. Dari hal yang kita sepakati akan pulang jam 8, sampai tak tahu bahwa waktu terlalu tergesa-gesa mengusir kita malam itu. 

Dari membicarakan persoalan ngonten di media sosial, tulisan bulan ini, hingga hal-hal seputar empat nafsu manusia yang paling dominan. Random, kan? Yah begitulah, bukankah hiduo harus terus dinikmati, ya. 

Apa yang Membuatmu Terkesan Malam Itu?

Masih teringat malam itu, ada yang bertanya, "Tidak adakah rasa jengkel atau kesal kepada seseorang ketika 'ngomongi' lagi dan lagi' secara terus menerus?"

Rasa itu mungkin ada, tapi dulu ketika aku masih di tahap saling belajar sama-sama. Mungkin saat ini aku sudah berada di fase berbeda, dan lelah mengurusi hal-hal yang tak seharusnya tersimpan dalam pikiran. 

Jadi, mungkin ini belum seberapa. Pertanyaan semacam itu membuatku teringat dengan para guru di sekolah, apakah mereka akan bosan mengajar mata pelajaran yang sama berulangkali setiap hari dengan orang berbeda setiap tahunnya? 

Mungkin pernah ada sedikit rasa bosan, tapi rasa senangnya kukira lebih besar dari kebosanan itu. Dan akhirnya mereka senang mengajar, meski pelajaran yang sama hanya orang yang berbeda tiap tahunnya. 

Sedangkan aku? tentu kurang lebih sama. Aku senang ketika apa yang sudah pernah kualami dalam berkarya, kubagikan dengan apa adanya. Berbagi dalam hal kebaikan tentu boleh, kan?

Mungkin hanya itu saja ceritaku di malam 26 Maret 2022, semoga kita senantiasa bahagia untuk hal-hal baik di kemudian hari. Terimakasih telah sama-sama berjuang untuk hari-harii ke depan. :) ***

28 Maret 2022


Post a Comment