Dari hari kemarin aku belajar banyak hal tentang kehidupan. Mulai dari nasib sial yang diam-diam bersembunyi di belakangku, percakapan bunga-bunga yang senantiasa mendoakanku, hingga hubungan sebab akibat yang membuatku harus banyak belajar tentang merawat sebuah rumah.
Awal dari nasib sial yang memang berasal dari kemalasanku ini bermula hampir satu minggu lalu. Rumah mungkin meminta tanggung jawabnya untuk dirawat, bunga-bunga meminta jatah untuk tetap diberi kehidupan, dan ikan cupang yang untungnya tak luput dari pengawasan.
Tulisan ini hanya sebagai pengingat, bahwa aku pernah di masa putus asa, kekanak-kan akan, hingga harus menyadari bahwa kedewasaan itu bermulai dari senantiasa merawat kebaikan dengan hati bahagia dan riang gembira.
Diawali dari Doa Bunga-bunga agar aku senantiasa bahagia
Aku menyukai bunga, tapi tidak banyak hanya sekadar ingin merawat. Dan suatu hari aku selalu membawa bunga-bunga dari kampung ke rumahku yang dekat tepi jalan. Aku tidak memahami bahwa suatu hari nanti mereka mendoakan ku untuk tetap bahagia.
Mungkin terdengar aneh jika bunga senantiasa berdoa untuk kebahagiaan orang yang merawatnya. Namun aku merasakan hal itu. Ada rasa positif setiap kali aku usai merawatnya, ada kebahagiaan dan rasa lega ketika selesai melindunginya dari segala penyakit.
Hal itu juga selalu dikatakan oleh Mas setiap kali aku merasa sedih dan tidak ingin melakukan. apapun. "Cobalah rawat bunga-bunga, sirami dan bahagiakan dia seperti biasanya kamu lakukan dulu. Memanjakannya seperti mengelap daun agar terbebas dari penyakit,"
Aku mengikuti sarannya, dan nyatanya ada aura positif usai aku melakukan hal itu.
"Tanaman dan bunga-bunga mungkin tidak bisa menghilangkan kesedihanmu, tapi setidaknya dia bisa mengurangi rasa sedihmu dan menggantikan dengan hawa positif," kata Mas usai aku menceritakan sudah lebih baik dari sebelumnya
Setiap apapun yang di dunia ini sebenarnya memiliki ruh, entah batu, rumah, bunga, lemari, sepatu, motor, apapun itu. Terutama tanaman yang dirawat baik-baik akan senantiasa mendoakan untuk bahagia.
"Dulu ketika kamu merawatnya dengan baik, memanjakannya, dia selalu berdoa agar kamu senantiasa bahagia," kata Mas suatu hari.
"Bahagia dengan apa? Bagaimana cara tanaman berdoa?" balasku tak mengerti.
"Jika bahagiamu dengan menulis, dia akan berdoa begitu. Jika bahagiamu dengan bekerja, ya dia akan tetap berdoa agar kamu bahagia,"
"Lalu jika aku lupa merawatnya, apa dia akan marah?"
"Dia tidak bisa marah, tapi dia memberikan aura negatif yang bisa mengundang nasib sial untukmu karena lalai merawatnya,"
"Ah... Hari-hari kemarin aku memang lalai. Maafkan aku tanaman."
"Dulu dia selalu menunggumu bahkan bahagia ketika setiap pagi selalu disapa,"
"Benar, aku dulu sering menyapanya."
(Bersambung)
***16 Februari 2022***

Posting Komentar